Sabtu, 18 Januari 2014

Tingkah Polah Kanak di Kelas Ubay Bin Ka’ab



Kita pasti pernah merasakan bahwa pada saat-saat tertentu dalam kehidupan kita, sebuah satuan waktu dapat saja terasa begitu sangat cepat berjalan. Sehari rasa satu jam. Sebulan rasa seminggu. Setahun rasa sebulan. Inilah yang saya rasakan akhir-akhir ini. Setiap hari memang selalu 24 jam, namun saya merasa jam-jam itu tetap saja masih kurang. Terlebih saat saya berada bersama anak-anak di sekolah. Dan di rumah ketika memikirkan mereka disaat senggang dan sebelum tidur malam, bahkan pada saat mandi sekalipun.

Semoga inilah yang dinamakan dengan jatuh cinta. Walaupun sama-sama saya istilahkan cinta, namun ini berbeda sekali nuansanya dengan mencintai seorang kekasih.  Ya, saya jatuh kedalam sebuah cinta kepada kanak-kanak dan dinamika kehidupan mereka. Ketika sedang jatuh cinta, waktu pasti terasa sangat cepat berjalan.

Saya menjadi pendamping wali kelas 3 B. Kelas kami dinamakan Ubay bin Ka’ab. Beliau adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat luar biasa, hafidz Al-Qur’an, sederhana dalam keseharian, dan karakternya layak diteladani oleh kami dan anak-anak. Selama Ramadhan, selain berdongeng, ada materi bahasan khusus setiap minggunya yang kami sampaikan kepada anak-anak tentang keteladanan karakter Ubay bin Ka’ab.

Kelas Ubay terdiri dari 22 orang anak. Berikut akan saya sampaikan cerita tentang tingkah polah anak-anak kami yang menurut saya cukup layak untuk diceritakan. Tentu saja saya belum bisa menceritakan masing-masing anak, karena saya masih baru bergabung di sekolah. InsyaAllah kelak saya akan uraikan satu-persatu. Sebab saya yakin betul bahwa setiap anak pastilah menarik dan luar biasa.


 “Pak, ambilkan piso (pisau)!”

Ini cerita tentang kejadian tadi siang. Ratih nama tokoh utamanya. Ia adalah seorang anak yang menurut saya mempunyai imajinasi yang teramat  tinggi. Kemarin Ratih ngambek dan merajuk karena digodain oleh temannya. Ia menangis tersedu, saya pun menghampirinya pada saat pergantian jam pelajaran. Saya menanyakan kepadanya kenapa ia menangis.

Ratih:  “Pak, saya sudah bosan hidup di dunia ini, saya mau masuk surga aja.” (Ratih tersedu-sedan)

Saya: “Eh, Ratih kok bilang gitu?” (saya kaget dan hampir saja terjengkang dari kursi)

Ratih: “Pak, ambilkan piso, saya mau bunuh diri aja”

Saya: “Ratih..kok sampai segitunya, bosen ya di sekolah? Kalau bunuh diri ntar pasti masuk neraka, lho. Tadi Ratih justru bilang mau masuk surga kan..”  (saya masih rada bingung)

Ratih: “Iya pak..” (mulai berhenti tangisnya)

Saya: “ Kalau bapak ambilkan pisau, Ratih mau bunuh diri dengan cara apa?” (saya penasaran dengan imajinasi anak cerdas ini)

Ratih: “Ratih mau gorok leher aja.” (mulai menyeramkan)

Saya: “Hah!!” Itu kan sakit. Ratih jangan ngomong gitu ya anak manis.. Emangnya Ratih mau sakit, trus bakalan masuk neraka selamanya?? Yaudah, skarang Ratih bantuin bapak aja ya. Kita tempelin nama-nama teman Ratih di map-map kuning ini”. (Map kuning gunanya untuk meletakkan berkas-berkas ulangan harian anak-anak)
Ratih: (diam saja, mengangkat kepala, dan mulai membantu saya)
Saya: (dalam hati bersyukur, karena Ratih tak lagi menangis dan semoga ia telah mendengarkan nasihat saya)

Ya, begitulah. Ratih adalah seorang drama queen yang ‘sangat berbakat’.  Dari cerita kepsek, Ratih juga pernah juga bilang ‘nyesak di dada’ saat dinasehati kepala sekolah.  Dari mana ia dapat kecerdasan linguistik dan dramatikal yang begitu luar biasa ya?


Belakangan saya baru tahu dari seorang rekan guru senior saya, bahwa Ratih di rumah kurang mendapat perhatian orang tuanya yang sibuk bekerja dan sedang memiliki adik bayi. Yang saya khawatirkan adalah, Ratih makin merepresi dirinya dan tak merasakan kebahagiaan masa kanak-kanak.

Doakan saya agar dapat bicara empat mata bersama orang tua Ratih saat home visit nanti.


Satu biru, dua biru, tiga biru….sepuluh biru!

Nah, kalau yang ini tentang Rara yang menghapal satu biru sampai sepuluh biru. Pertemuan saya dengannya adalah ketika pembagian rapor kenaikan kelas beberapa bulan yang lalu. Saya mengajarkannya permainan kata-kata.

Sekarang Rara sudah kelas 4. Saya mengajar mata pelajaran  Bahasa Inggris di kelasnya.

Tak pernah saya duga, Rara ternyata menghapalkan permainan kata yang saya ajarkan itu selama lebih dari dua bulan. Sampai ia benar-benar lancar melafalkan: Satu biru, dua biru, tiga biru, empat biru, dan seterusnya sampai sepuluh biru. Tanpa salah sedikitpun mengucapkan menjadi satu ribu, dua ribu tiga ribu…dst.


Kemarin pagi, ia menunggu  kedatangan saya di gerbang sekolah. “Pak, aku udah bisa lho: satu biru sampai sepuluh biru”. Rara kemudian mempraktekkannya dihadapan saya. Padahal waktu itu saya belum sempat membuka sepatu dan menaruhnya di rak depan. Saya pun belum menaruh tas saya di loker guru.

“Wah .. Rara keren, udah lancar ya, tanpa ada salah, hebaaat..” ujar saya.
“Mana hadiahnya pak?”
“Lho,  emangnya Rara mau hadiah? Yaudah, besok InsyaAllah bapak kasih ya.”

Sorenya sepulang sekolah, saya menyempatkan ke Gramedia dan membeli sebuah notes kecil bergambar bunga dan kupu-kupu warna-warni. Saya tahu betul bahwa anak kecil pasti selalu ingat akan janji dari orang dewasa, makanya saya pun tak hendak mengecewakan hatinya Rara.


Keesokan paginya, Rara langsung menyambut saya dengan sumringah.
“Mana hadiahnya pak? hehe”
“Oke, tapi ada syaratnya ya Rara.”
“Apaan pak?”
“Rara harus rajin belajar bahasa Inggris, bapak kasih sebuah notes lucu, syaratnya Rara harus menuliskan kata bahasa Inggris apa saja yang telah Rara ketahui. Bahasa Inggris sangat gampang di pelajari lho, di film kartun, iklan, majalah, games, selalu ada kata-kata bahasa Inggrisnya. Nah, Rara tuliskan juga kata-kata yang Rara tidak tahu artinya ya, trus tanyakan ke bapak. Setiap minggu bapak akan lihat notesnya ya”
“Okee pak..”
“Oke rara, give me five!”
Kami pun tos sambil ketawa-tawa.

Apa yang saya pelajari dari sini? Adalah tentang kesungguhan belajar dan rasa penasaran yang sangat tinggi dari anak-anak. Mereka (dalam contoh ini adalah Rara) tak kan pernah menyerah sampai mereka berhasil. Sebagai orang dewasa, guru, atau orang tua, hal ini sangat  patut kita apresiasi.



Kata “Ajaib” dari Mulut-mulut Kreatif

Khairil dan Rendra adalah dua anak lelaki yang sangat aktif. Khairil aktif dengan selalu memotong pembicaraan saya setiap mengajar. Kadang celotehannya membuat saya kagum sekaligus kaget.
Suatu hari, saat saya bercerita tentang kisah nabi Nuh yang punya anak tak patuh bernama Kan’an, tiba-tiba Khairil pernah bilang ini:
“Nabi apa yang tak punya ayah?”
Saya terdiam, anak-anak yang lain ikut penasaran.
“Nabi Adam!  hehehe”
“Hahaha, iya Khairil benar”, kata teman-temannya
Saya yang agak telmi ini baru tersadar bahwa Khairil benar.

Rendra adalah anak yang moody. Kalau ia sedang tak ingin menulis, maka percuma bila saya terus membujuknya. Kadang kalau bercanda dengan teman-temannya, ia suka saling ejek-ejekan. Tapi malah justru ialah yang nangis duluan.

Khairil dan Rendra bersahabat akrab. Tiap jam istirahat selalu main bersama. Pernah saya memergoki mereka berkata-kata ‘ajaib’. Kata-kata tersebut agak saru dan tabu. Saya tanyakan dari mana mereka memperoleh kosa kata tersebut.
“Dari sinetron dan acara dangdut, pak!” sahut mereka dengan polos.

Setelah menasehati mereka, sayapun akhirnya hanya bisa mengelus dada. Tayangan televisi yang kurang mendidik adalah racun bagi anak-anak yang polos ini. Patutnya saya musti meng-agendakan waktu khusus untuk diskusi bersama orang tua mereka. Agar di rumah, mereka dapat lebih diawasi dalam menonton tayangan televisi. Kendati masih banyak juga acara yang bagus dan menginspirasi di tivi, namun tak salah ada istilah yang mengatakan televisi adalah Idiot Box , menontonnya terlalu lama dapat membuat kita menjadi kurang pandai.

Satu hal yang perlu saya catat juga adalah pentingnya pendidikan sex usia dini bagi anak-anak di sekolah dan dirumah. Ini adalah tanggung jawab guru dan orang tua.



Buku Gambar Kubawa Selalu

Ada anak kami yang setiap harinya selalu membawa buku gambar. Tak peduli dengan jadwal pelajaran apapun di hari ini, buku gambar dan pensil senantiasa dibawanya. Dialah Nilam. Anak perempuan yang senang belajar. Ia bahkan membenci hari sabtu dan minggu, karena sekolahan kami libur.


Setiap kali waktu istirahat, ia selalu menggambar. Gambar pemandangan, pohonan, rumah, awan, matahari, jalanan, bunga, dan lain-lain. Semuanya ia gambar dengan detail. Namun tiap kali saya meminta untuk melihat buku gambarnya, Nilam selalu menutupi dengan badannya.
“Bapak gak boleh lihat, gambar saya belum selesai” itu alasannya.

Begitu setiap kali yang terjadi saat saya mencoba, bahkan membujuk untuk melihat gambarnya. Pernah suatu ketika, saat kelas kosong,  saya ingin membuka tas sekolahnya Nilam untuk memuaskan rasa penasaran saya. Namun niat itu urung saya lakukan, karena ini sama saja dengan mencuri diam-diam.

Akhirnya sayapun menyabarkan hati menunggu kapan waktunya Nilam dengan sendirinya bersedia memperlihatkan gambar dan lukisan cantik miliknya kepada saya. Semoga.

........

Demikianlah sedikit cerita saya kali ini. Selanjutnya nanti akan saya tuliskan lagi tentang tingkah polah anak-anak kami yang lain, masalah dan kendala yang kami hadapi, solusi-solusi untuk mengatasinya, serta hal-hal menarik dan luar biasa lainnya. InsyaAllah.
Ayo terus belajar bersama kanak-kanak! :D


NB: Nama anak-anak di note ini sengaja saya ganti guna menjaga privasi. Siapa tahu kelak mereka akan menjadi aktor teater dan film, pelukis, politisi jujur, atau bahkan presiden.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar