Sabtu, 18 Januari 2014

Surat Protes Anak-anakku : Sebuah Otokritik dan Kebanggaan Atas Mereka

Bagaikan petir disiang bolong! Tak ada angin, tak ada hujan. Tiba-tiba surat itu datang dari seorang muridku bernama Nida. Aku kira itu hanyalah surat biasa seperti yang dulu-dulu pernah kuterima dari beberapa anak yang isinya kesan mereka terhadapku dan pelajaran yang kuampu, ucapan terimakasih, selamat, atau semacamnya.

Nida adalah salah satu anak yang paling suka bertanya kepadaku tentang apa saja, termasuk pengetahuan-pengetahuan diluar materi pelajaran. Ia juga sangat senang ketika mendengarkan aku berkisah di depan kelas, itu tampak jelas kulihat dari sinar mata dan raut wajahnya. Nida yang haus ilmu dan kritis ini kebetulan juga adalah anak yang menduduki posisi akademis tertinggi di kelas 5. Kelas Khalid bin Walid.

Tapi kawan, tidak seperti cerita-ceritaku sebelumnya yang hanya mengisahkan satu atau dua anak. Kali ini Nida bukan tokoh utamanya. Melainkan seluruh anak kelas 5, seisi kelas!

Ceritanya begini:

Tadi siang setelah makan siang bersama. Nida dan Esti menghampiriku dan mereka berkata:
“Ustad, nanti ikut mendampingi pelajaran SBK nya Miss Ika di kelas kami kan?”
“Wah, ustad harus menemani kelas 4 di pelajaran PKn nanti, memangnya ada apa?” Ujarku.
“Eh, nggak tad. Gak ada apa-apa kok. Tapi ustad mau ya ikutan SBK bareng kita.” Kata Nida.
“Hmm..baiklah. Nanti kalian mau bikin mading ya? Akan ustad temani deh.” Jawabku kemudian.

Hari kamis ini aku memang tak ada jadwal mengajar di kelas mereka. Aku hanya diamanahkan untuk satu mata pelajaran IPS/Sejarah saja setiap hari selasa. Lainnya adalah materi Pembinaan Karakter dan jam Perpustakaan yang hanya sekali seminggu. Itupun Cuma berdurasi masing-masing 30 menit. Pada intinya aku adalah seorang guru bahasa Inggris. Maka tak heran bahwa aku juga mengajar di 3A, 3B, 4A, 4B pada hari-hari lainnya.

Bagiku pembagian jadwal ini sama sekali tak jadi soal. Toh setiap aku mengisi mata pelajaran di kelas 5, aku selalu berusaha sebisanya untuk menyampaikan materi dengan santai dan diselingi humor. Dengan games atau permainan. Tak jarang juga aku bercerita tentang apa saja. Hal ini aku tujuankan agar mereka tak merasa sedang ‘diajari’. Ya, kawan pasti tahu benar bahwa anak-anak sekarang mana mau belajarnya monoton. Selalu duduk rapi melipat tangan, mendengarkan guru dalam diam, mencatat dan merangkum buku seperti kita dulu bersekolah, kini sudah ketinggalan jaman. Sudah out of date! Maka jadilah aku memakai cara diluar mainstream dalam menyampaikan pelajaran kepada anak-anak.

Setelah kupikir-pikir lagi, akhirnya aku memutuskan untuk mendampingi mereka pada jam terakhir. Ketika aku sedang asik menggambar dan menggunting bersama anak-anak pada jam pelajaran SBK itulah datang Nida dan teman-temannya menyerahkan sepucuk kertas yang dilipat menjadi kecil sekali seukuran kotak korek api. Katanya itu surat untukku. Harus kubaca nanti setelah pulang sekolah. Aku bertanya, “Surat apa ini? Kejutan buat ustad ya?” Anak-anak itu hanya tersenyum penuh arti. Aku yang sedang asik berkutat dengan persiapan mading kelas, memasukkan kertas itu ke dalam kantonmg celana. Tak bertanya lagi.

Namun aku sangat penasaran. Ini surat pertama yang bersifat rahasia diberikan oleh anak-anak terhadapku. Di depan kertas kecil itu tertulis:

TO : Ustad Fauzan
From : Anak Kelas 5 Khalid Bin Walid
(Secret Project)

Aku sempat tersenyum membaca dua kata terakhir : “Secret Project”. Memang aku sering menggunakan istilah ‘project’. Ini karena kami dikelas 5 sedang dalam proses beberapa proyek seperti menerbitkan buku antologi karangan cerita masing-masing anak, perpustakaan kelas dengan motto ‘take one book, leave one book’ , jualan jus bikinan kami sendiri di kantin sekolah, hingga latihan lagu rap untuk didedikasikan kepada Ayah Bunda. Mereka mengambil istilah ‘project’ dari sana. Yang bikin aku heran ada kata ‘secret’ nya segala. Berarti ini memang bersifat rahasia dan penting.

Maka ketika keluar sebentar untuk menyiapkan games intrakurikuler bahasa Inggris untuk mereka. Aku punya hanya sedikit waktu untuk mengintip surat itu. Intinya mereka protes mengapa aku jarang berada dikelas mereka. Nah, tahulah aku akhirnya alasan kenapa raut muka anak-anak terlihat cemberut kepadaku ketika aku mengajak mereka ke lapangan untuk bermain games bersama. Ekspresi wajah Nida lah yang paling muram kulihat. Dia yang biasanya antusias, kini berubah 180 derajat. Ajakanku ditolaknya. Nida ngambek total!

Melihat gejala yang kurang asik itu, akupun mengajak semua anak kembali untuk ke kelas. Games bahasa Inggris yang biasanya seru itu kuundur sementara. Setelah anak-anak semua berada dikelas. Maka seperti biasanya, aku memulai awalan kata dengan teriakan semangat. Anak-anak diam. Kesempatan emas yang hanya berselang beberapa detik itu langsung aku manfaatkan untuk menceritakan kisah tentang kawan-kawanku yang kukagumi. Aku bercerita tentang kawan-kawanku yang kini berada di Jepang, Malaysia, dan Amerika. Kuceritakan kawan-kawanku yang pernah keliling dunia dan Indonesia untuk belajar, kawan-kawanku yang bergiat di LSM dan NGO untuk membantu anak-anak terlantar dalam bidang ekonomi dan pendidikan.  Aku katakan kepada anak-anakku, bahwa para kawanku itu titip salam untuk mereka.

Mendengar itu, semua anakku heran. Kok bisa kawan-kawanku mengenal mereka yang hanya murid sebuah sekolah dasar. Maka kubongkarlah semuanya saat itu. Kuceritakan bahwa setiap malamnya aku diskusi dan chatting dengan kawan-kawanku itu tentang pengalaman mereka di sekolah. Kawan-kawanku itu kagum kepada semangat, antusiasme, kreatifitas, dan kecerian mereka di sekolah. Kukatakan juga kepada anak-anak kelas 5 bahwasanya mereka patut berbangga karena mereka kini punya fans di seluruh Indonesia bahkan dunia. Semua itu bisa terjadi lewat mengakses internet yang kulakoni saban malam.

Intinya, kutegaskan pada anak-anakku, walaupun secara fisik aku jarang berada dikelas mereka karena aku juga mengajar di banyak kelas lain, pikiran dan hatiku selalu terpatri kepada mereka. Aku bilang aku kagum dan bangga kepada mereka yang walaupun masih kanak-kanak, tapi dapat menginspirasi kami sebagai orang yang telah dianggap dewasa. Kami (kawan-kawanku dan aku) dulu tak selayak dan senikmat mereka belajar disekolah dasar yang penuh dengan segudang keterbatasan.

Kutambahkan pesan agar anak-anakku dikelas 5 untuk selalu menjaga kekompakan, kesenangan belajar dan kepedulian agar mereka (tentu saja) bisa lebih hebat dari kawan-kawanku itu nanti. Mendengar ini semua, anak-anak kembali bersemangat dan antusias seperti biasa. Mereka tampaknya sudah melupakan kejadian kasus surat protes tadi. 

Akhirnya ketika kuajak mereka semua ke lapangan, materi games kami berlangsung sangat seru sampai-sampai bapak kepala sekolah kami keluar kantornya dan ikutan duduk dipinggir lapangan. Ikutan tertawa-tawa sambil sesekali turut menyemangati dan menyoraki games pertandingan yang sedang berlangsung.

*****

Ketika di angkot saat pulang sekolah tadi. Aku kembali membaca penuh semua isi dari surat protes anak-anakku. Ada perasaan bersalah sekaligus haru. Memang kuakui dalam dua minggu ini aku tampak seperti lebih perhatian kepada kelas 3 dan 4. Aku membuatkan yel-yel khusus untuk kelas 4A dan 4B. Dan anak-anak kelas 4 senang sekali dengan itu. Hal ini pastinya diketahui juga oleh kelas 5. 

Disamping itu aku juga sedang menguras otak dan memfokuskan perhatian kepada anak-anak kelas 3 untuk kuanalisis gaya belajar mereka dan metode apa yang paling tepat kulakukan di kelas untuk menarik perhatian mereka. Selama berada di sekolah, aku memang sedang berupaya memetakan kelas 3. Maklum, tahun kemaren aku belum pernah mengajar dan mengenal mereka lebih intens. Berbeda dengan anak-anak kelas 5 sekarang yang sudah kukenal cukup dekat karena telah mengajar bahasa Inggris di kelas mereka tahun lalu.

Dalam hati aku berujar: “Tapi ini tak boleh dijadikan alasanku untuk tidak lebih memperhatikan kelas 5. Semua anak di sekolah haus akan perhatian. Mereka haus akan cinta. Seperti layaknya kita orang dewasa.”

*****

Begitu tiba dirumah, aku yang jarang sekali menceritakan pengalaman di sekolah kepada Ibu, langsung memperlihatkan surat itu pada beliau.  Setelah membacanya Ibuku pun berkata : “Wah, anak-anak Fauzan di sekolah hebat sekali ya. Mereka sungguh cerdas!”

Bertambah lagi satu fans anak-anakku di sekolah, tak lain adalah Ibuku sendiri.

*****


Fauzan Fadri
12 September 2013
Pukul 20:33 WIB




Lampiran Isi Surat:

Assalaamua’alaikum Wr. Wb.

Ustad Fauzan, maaf kalau Nida, Esti, Rico, Zidan, Pasya, dan anak kelas 5 ngasih tahu ustad berlebihan. Kami semua iri dengan kedekatan Ustad dengan anak kelas 4. Kami semua gak melarang Ustad dekat dengan anak kelas 4. Tapi kami iri karena Ustad Fauzan waktunya lebih banyak sama anak kelas 4. Sedangkan Ustad Fauzan lebih sedikit waktunya sama anak kelas 5. Padahal Ustad sendiri (adalah) pendamping wali kelas 5.

“KAMI INGIN USTD. FAUZAN LEBIH BANYAK WAKTUNYA DAN LEBIH DEKAT DGN ANAK KELAS 5, termasuk kami.”

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Gaya Belajar Unik Kelas Khalid

Halo apa kabar kawan-kawan semua? Semoga senantiasa semangat dan selalu dilimpahi rahmat dan keceriaan. Kali ini saya akan membeberkan sedikit kegiatan belajar yang dilakukan kelas 5 Khalid Bin Walid dalam satu bulan belakangan ini. Mungkin saja kawan-kawan sudah lebih dulu tahu (bagi yang non guru/pendidik) dan bahkan lebih ahli dalam mempraktekkan sistem, gaya, dan metode mengajar di sekolah (bagi kawan guru atau praktisi pendidikan). 

Kami masih belajar tentunya. Masih belum cakap dan ahli. Namun ini ada beberapa program kegiatan sekolah dan beberapa trik serta metode mengajar yang saya modifikasi di kelas Khalid dan sekolah kami. Seperti kita sepakati bersama, proses belajar di sekolah tak hanya ketika murid berada di dalam kelas, duduk rapi, mencatat dan mendengarkan guru. Semoga tulisan berikut ini bermanfaat. Ditunggu saran, kritik, dan sharingnya demi kemajuan belajar kita bersama.


Outing Class di Kota Tua

Di sekolah kami ada program outing class.  Sesuai namanya, anak-anak memang diberikan kesempatan bermain dan jalan-jalan keluar. Setiap kelas bebas menentukan kemana tujuan. Apakah itu ke lembaga pemerintahan, kebun raya, pusat wisata budaya, kuliner, kantor-kantor, museum, hingga ke panti asuhan. Beberapa contoh tujuan outing class ini memang musti berkaitan minimal dengan salah satu subyek mata pelajaran. Bisa IPS, Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan sebagainya. Program ini dilakukan sekali setiap semester.

Semester ini, kami bersama anak-anak kelas 5 Khalid bin Walid pergi ke museum Sejarah dan Museum Wayang di Kota Tua. Kebetulan, selain mengajar bahasa Inggris di kelas 3 dan 4, aku juga mengampu mata pelajaran IPS di kelas 5. Sejak pertama kali diusulkan miss Astri, aku langsung setuju. Kota Tua dan beberapa museum yang ada di sana adalah ‘tempat wisata’ paling favorit bagiku selain toko buku. Disana anak-anak akan mengenal lebih dalam tentang sejarah budaya bangsa, tentu saja ini sangat koheren dengan materi IPS.

Dan beruntungnya kami, kegiatan ini juga berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia dan Inggris. Anak-anak juga diminta mewawancarai petugas museum, pengunjung, penjual makanan dan souvenir, pekerja seni, dan turis asing yang mereka temui di sekitar museum. Tugas wawancara turis asing adalah titipan Miss Nitha yang mengajar Bahasa Inggris di kelas 5.

Adalah Naufal, anak paling aktif di kelas. Hobinya segala macam olah raga. Aktif sekali bergerak. Kadang di kelas ia memang sulit fokus, kecuali proses belajar itu kita modifikasi dengan banyak gerakan. Anak inilah yang mengagetkan saya. Dialah yang pertama kali menghampiri seorang bule asal Jerman bernama Charlie. Dengan modal bahasa Inggris yang patah-patah (Paling lancar ia bilang: ‘Helo, What’s your name?’ saja, hehe), ia membuntuti bule itu. Sehingga si bule berhenti dan langsung saja dikerumuni oleh semua temannya yang lain. Alhasil, si bule Jerman ini menjadi artis sehari. Ditanyakan macam-macam oleh anak-anak Khalid.

Keesokannya, masih dibayangi oleh kekaguman atas keberanian Naufal dan teman-temannya. Saya mengajak mereka membuat mading kecil yang berjudul : “The First Time When I Talk to Stranger”.

Kami menempelkan foto Charlie dan anak-anak. Dan meminta mereka membuat testimoni di sebuah kertas kecil lalu ditempel disekitar foto mereka dan Charlie. Ada anak yang menulis: “Sungguh menyenangkan, mendebarkan, grogi harus ngapain, pengalaman luar biasa, dan lain sebagainya.” Bahkan Arul menulis disana: “Tanganku gemetaran ketika salaman sama Charlie. Itu bule laki-laki kok tangannya halus sekali ya, pasti dia jarang nyuci baju dan piring di rumah, hahaha.”

Dari kegiatan ini, saya melihat anak-anak Khalid senang sekali tiada terperi. Ini adalah pengalaman pertama kali seumur hidup mereka berinteraksi dengan orang asing. Keberanian mental, kepercayaan diri, semangat belajar bahasa, pemahaman mereka tentang manusia dan dunia yang luas, serta semangat keingintahuan mereka akan bermula dari sini.


SRA Project

Project terbaru kami di kelas 5 adalah 'Silent Reader Action'. Maksudnya bukanlah menjadi pembaca misterius di forum-forum internet atau media sosial lainnya. Melainkan melakukan kegiatan membaca yang kami lakukan selama 20 menit setiap menjelang sholat Jum'at.

Anak-anak bebas memilih buku bacaan apa saja dari perpustakaan kelas kami (selain perpustakaan sekolah, kami juga punya puluhan koleksi buku dari kami sendiri yang di simpan di lemari, ini bagian dari project kelas 5 sebelumnya yakni : 'Take one book, leave one book').

Saya bebaskan anak-anak membaca apapun: buku pelajaran, majalah anak, kisah sahabat Rasul, komik Disney, buku pengetahuan dan ensiklopedia, bahkan ada yang membaca brosur museum-museum dari Kota Tua.

Ternyata anak-anak yang biasanya aktif bergerak, dapat berdiam diri ketika membaca selama itu. Mereka juga saya bebaskan mengambil posisi membaca dimana saja. Ada yang duduk di kursi, selonjoran, bahkan sambil santai tiduran di karpet. Setelahnya, saya tanyakan satu per satu tentang apa yang mereka baca. Dan ajaibnya mereka bisa menceritakan informasi apa yang mereka dapatkan dari membaca. Sungguh luar biasa.

Saya harapkan anak-anak Khalid mulai merasa senang dalam membaca. Ini bisa dimulai dari membaca apa saja yang mereka suka. Saya yakin, dalam setiap bacaan apapun terkandung ilmu dan pengetahuan yang berbeda. Tentu saja bukan dari bacaan-bacaan aneh dan nyeleneh. Hal ini juga saya alami sendiri ketika menjadi guru. Setiap malam biasanya saya membaca buku atau berselancar di internet, membuka situs, blog, dan media sosial lainnya. Membaca apa saja yang berkaitan tentang pendidikan, gaya mengajar, dan info-info baru tentang isu serta disiplin ilmu apa saja yang biasanya ‘tanpa saya sengaja’ selalu terkait dengan materi pelajaran yang sedang saya berikan kepada anak-anak di kelas.

Dengan mengasah gaya bercerita ditambah pengetahuan baru yang biasanya tidak ada di buku-buku pegangan siswa, saya harap anak-anak Khalid khususnya mendapatkan ‘nutrisi ilmu’ baru yang menarik, sehingga mereka semakin penasaran akan ilmu pengetahuan, makin semangat belajar dan kritis. Sungguh bila anak-anak ini tahu betapa nikmatnya membaca, anak-anak Khalid kelak akan jauh lebih maju dalam banyak hal, tak peduli akan memilih profesi dan hobi apa saja yang akan mereka geluti nanti.


Menjadi Guru Cilik

Ini adalah program mingguan intrakurikuler bahasa Inggris. Setiap hari Kamis selama satu jam sebelum pulang, anak-anak Khalid dibagi menjadi 6 kelompok kecil dan diminta mengajar adik-adik mereka di kelas 1 dan 2 (masing-masing terdiri dari 3 kelas). Program ini bermula sejak sebulan yang lalu. Cerita lengkapnya ada dalam note saya terdahulu yang berjudul: “Puluhan Guru Cilik di Sekolah Kami : How Learn to Learn Method”

Kekurangan guru bahasa Inggris di sekolah kami bukan menjadi suatu hambatan. Atas inspirasi yang saya dapatkan dari anak-anak Khalid sendiri, akhirnya saya melakukan uji coba project ini. Alhamdulillah sejauh ini berhasil. Anak-anak Khalid senang sekali ketika mengajari adik-adiknya Bahasa Inggris. Ada yang mengajar sambil bernyanyi, berkeliling lingkungan sekolah, sambil bermain ular naga dan permainan tradisional lainnya, sambil menggambar, tebak-tebakan, dan lainnya.

Siang kemaren, ada beberapa anak Khalid yang mengeluh kepada saya tentang bagaimana cara mengondisikan adik-adik mereka agar tetap tenang selama belajar bersama mereka. Saya berikan gambaran kepada anak-anak Khalid tentang cara dan trik mengajar ketika di kelas. Saya mengatakan: “Khusus mengajar kelas 1 dan 2, kalian haruslah lucu dan kreatif. Pastinya adik-adik akan senang kalau gaya mengajar kalian menarik. Kalian boleh ajak mereka seru-seruan sambil belajar, tebak-tebakan, cerita lucu, kasih games atau apa saja. Dan yang tak kalah penting adalah kesabaran. Kalian harus sabar ya.”

Selain anak-anak Khalid sendiri, para guru kelas 1 dan 2 serta adik-adik senang sekali ketika diajarkan oleh kakak kelas mereka sendiri. Mereka menyambut dengan sangat antusias. Anak-anak Khalid pun seolah menjadi selebriti sekolah. Mereka punya banyak fans dari kelas 1 dan 2. Ketika jam istirahat, mereka sering dibuntuti dan diajak bercanda oleh adik-adiknya. Sungguh ini sebuah pemandangan yang membuat saya bahagia.

Namun lebih pada itu, saya punya harapan lain dari project ini. Dengan mengajar, anak-anak Khalid akan lebih tahu bagaimana esensi dari proses belajar itu sendiri. Selain melatih kemampuan bahasa Inggris, daya kreatifitas, keberanian mental, kepercaan diri, dan kemampuan mencari solusi atas suatu masalah, mereka juga belajar bersosialisasi.

Proses belajar terbaik adalah ketika kita mengajar. Itulah satu kalimat yang senantiasa terpatri dalam diri saya selama ini. Dengan mengajar, anak-anak Khalid akan belajar berkali-kali lipat. Tidak hanya belajar satu mata pelajaran tertentu, tetapi belajar banyak sekali hal diluar itu.

*****

Demikianlah. Masih ada beberapa hal yang akan saya sampaikan seperti: project sahabat pena lintas pulau, project buku antologi karya mengarang anak kelas 5, dan lain sebagainya. Lain waktu akan saya ceritakan kepada kawan-kawan semua. Terimakasih. Salam sahabat kanak!  


Fauzan Fadri
Jum'at 08 November 2013


Anak-anak Khalid sedang bersiap mengajar adik-adik kelas 1 dan 2. Tema : Animals
Anak-anak Khalid sedang bersiap mengajar adik-adik kelas 1 dan 2. Tema : Animals
Mewawancarai Charlie di Kota Tua
Mewawancarai Charlie di Kota Tua

Sebuah Kebetulan yang Tak Pernah Betul-betul Ada

Malam ini saya dapat sms dari Ani. Ia baru saja pulang berliburan keluarga di luar kota. Ketika kutanyakan ini pertemuan untuk apa, Ani menjawab: “Ya, sekedar ngobrol-ngobrol biasa aja.” Ajakannya langsung saya terima. Padahal setiap hari minggu saya kuliah full day, dan ini berdampak kepada sedikit menurunnya stamina, membuat mata mengantuk berat sepulangnya, sampai nafsu makan yang naik drastis. Memang benar rasanya, ketika kita belajar dan memaksa otak berpikir ekstra, ini akan menghabiskan energi melebihi bekerja berat dengan otot. Kita butuh lebih banyak asupan nutrisi dan istirahat untuk memulihkan jiwa raga. Maka biasanya saya akan menghabiskan minggu malam dengan istirahat di rumah. Kembali mengumpulkan tenaga untuk esok Senin kembali ke sekolah.

Namun malam ini lain cerita. Istilah ‘ngobrol-ngobrol biasa’ yang Ani sebutkan tadi itu lebih daripada maksud harfiahnya. Selalu ada saja bahan pembicaraan baru dan menarik, khususnya tentang pendidikan anak, bertukar pengalaman kami dalam mengajar, atau hal-hal absurd lainnya yang justru menurut kami seru untuk diperbincangkan. Tak jarang pula terjadi peristiwa menarik dan unik ketika kami mengobrol. Nah, peristiwa ajaib inilah yang ingin saya ceritakan kali ini kepada kawan-kawan.

Ini kisah tentang ‘the law of attraction’. Hukum tarik-menarik. Ketika kita fokus pada satu hal, menginginkan satu hal, maka akan selalu ada saja jalan dan kejadian yang mengarahkan kita kepada tujuan dan keinginan kita itu. Tak peduli sebetapa rumitnya keinginan kita itu. Yang kita butuhkan hanyalah percaya. Rasa yakin dalam hati. Kalau boleh meminjam kutipannya Paulo Coelho dalam bukunya ‘The Alchemist’ yang bunyinya: “Jika kamu menginginkan sesuatu, maka alam semesta akan berkonspirasi untuk menolongmu.” Tentu saja, pastinya ini juga andil dari campur tangan Allah. Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya sudah diatur oleh Allah.

Begitulah. Kami bertemu di depan sebuah minimarket di pinggiran jalan Margonda. Di sana ada beberapa bangku duduk. Awalnya kami akan makan bakso. Sebelumnya Ani kubelikan segelas es cappucino cincau, dengan harapan Ani akan ‘membalas jasa’ mentraktir saya bakso. Hehe.. Namun malang, tak satupun warung bakso yang buka. Saya cek ke Gang Pinang, warung baksonya malah udah mau tutup. Alhasil kami ngobrol saja di depan minimarket itu sembari menikmati malam.

Tak beberapa lama berselang ketika Ani bercerita tentang keseruannya pergi liburan, datanglah tiga orang mahasiswi berkerudung menghampiri kami. Belakangan kami berkenalan, nama mereka adalah Ami, Anggi dan Rani. Apa yang dilakukan mereka bertiga terhadap kami?Ami dengan ramah menyodori kami sebuah proposal. “Wah, ada mahasiswi mau minta sumbangan kegiatan nih”, pikir saya dalam hati. Ternyata mereka adalah relawan dari sebuah komunitas yang bernama CCE Community. Sebuah komunitas yang terdiri dari mahasiswa se-Jabodetabek. Komunitas ini bergerak dalam bidang pemberdayaan anak-anak jalanan, membantu membuatkan akte kelahiran anak-anak, mengadakan taman bacaan gratis, dan melakukan pembinaan keterampilan khusus untuk mereka.

Gayung pun bersambut. Baru seminggu lalu ketika saya, Ani, dan Ija mengantarkan teman kami Yudi ke stasiun Depok Baru. Stasiun itu dekat dengan sekolah Master. Itu lho kawan, sekolah khusus anak jalanan yang pernah muncul di Kick Andy beberapa tahun lalu. Kenapa dinamakan Master, karena sekolah yang memang diperuntukkan bagi anak jalanan itu memang berada di dekat masjid di terminal. Master adalah singkatan dari Masjid Terminal. Nah, ketika saya melihat sekolah itu, saya langsung bilang ke Ani: “Seandainya ada satu orang saja yang saya kenal di Master, maka saya akan senang sekali bila bisa ikutan mengajar dan jadi relawan di sana.” Dan Ani langsung sepakat dengan saya. Memang hobi dan minat kami hampir selalu sama dan seide. Ketika itu kami juga menyatakan keinginan yang sama, ingin mengisi waktu libur kami yang walau hanya sekali seminggu untuk berkegiatan menjadi relawan sebuah LSM atau sejenisnya.

Dan inilah yang terjadi malam ini terhadap kami. Ketiga mahasiswi tadi juga ternyata adalah relawan yang ikut aktif di sekolah Master. Alhasil mengalirlah obrolan kami berlima tentang pengalaman kami masing-masing. Ani yang juga dulunya aktif di GARASI juga tak kalah antusias. Banyak cerita yang kami sharing. Tujuan awalnya ketiga mahasiswi untuk meminta sumbangan berakhir dengan obrolan hangat seperti orang-orang yang sudah bersahabat dekat. Begitu akrab.

Kami juga berbagi informasi tentang jaringan pertemanan yang kami punyai. Ketika saya tanyakan apakah CCE Community sudah punya taman baca, mereka menjawab belum. Maka saya memberikan rekomendasi sebuah LSM yang bergerak dalam bidang pengadaan buku taman bacaan yang sudah fasih malang melintang berkegiatan di seluruh Indonesia. Saya minta mereka membuat proposal pengadaan buku, dan saya berikan nomor kontak yang bisa dihubungi. Ada juga kenalan kami seorang dokter yang sudah wanti-wanti ingin ikut bergabung dengan kegiatan seperti ini. Siapa tahu ibu dokter itu nanti juga bisa bantu pemeriksaan kesehatan gratis untuk anak-anak jalanan yang dibina oleh CCE Community. Bahkan Rani juga pernah bilang, ada seorang anak asuh mereka yang meninggal dunia beberapa waktu lalu karena terlambat didiagnosa. Anak itu terkena TBC akut. Tak sempat tertolong lagi. Sungguh miris sekali hati kami mendengarnya.

Selanjutnya saya meminta nomor kontak dan alamat akun medsos milik Ami, Anggi, dan Rani. Tujuannya adalah agar kami masih bisa berkomunikasi nanti. Besar sekali harapan saya dan Ani untuk dapat bergabung dan bantu-bantu di komunitas mereka.  Inilah yang menjadi impian belum terwujud saya dan Ani untuk bisa menjadi relawan kembali. Dan dari peristiwa ajaib ini, Allah sudah menunjukkan jalan awalnya. Saya yakin itu.

Ketika hendak pulang. Saya mengucapkan terimakasih kepada Ani. Ia malah bertanya balik: “Terimakasih untuk apa? Harus ada alasannya dong!” Saya hanya tersenyum lebar, selebar-lebarnya. “Ya, terimakasih. Terimakasih saja. Tak ada alasannya”, ujar saya menegaskan.

Begitu Ani pulang naik angkot, dan saya berjalan kaki menuju rumah, benak dan hati saya dipenuhi dengan kebahagiaan tak terperi. Saya sangat mensyukuri pengalaman unik dan ajaib yang kami alami malam ini. Mungkin kalau saja Ani tak mengajak saya untuk sekedar bertemu dan ‘mengobrol biasa’, maka tak akan terjadi peristiwa ini. Allah memberikan sebuah cara melalui perantara orang-orang hebat yang saya temui malam ini.

Tak ada hal-hal yang kebetulan. Semuanya terjadi dengan alasan. Itulah yang dinamakan ‘the law of attraction’. Benar begitu kan kawan..



NB:
Salah seorang dari ketiga relawan mahasiswi yang bernama Rani, sempat mengaku awalnya tertarik dengan baju yang saya pakai. Baju kaos hijau ini adalah milik teman saya Friska yang menjadi relawan panitia di kegiatan kerja bakti Festival Indonesia Mengajar yang kami ikuti beberapa minggu lalu. Dikirimkan Friska dari Bandung beberapa hari yang lalu. Baju itulah yang mungkin mengundang mereka untuk menghampiri saya dan Ani. Apakah ini juga bukti dari hukum tarik-menarik? Kawan tahu sendiri apa jawabnya.


Fauzan Fadri

20 Oktober 2013

Pukul 21:32 WIB


Mba Ami, Mba Rani, Saya, dan Mba Anggi
Mba Ami, Mba Rani, Saya, dan Mba Anggi

Ani, kedua dari kanan.
Ani, kedua dari kanan.

Festival Gerakan Indonesia Mengajar : Catatan Kecil Tentang Sebenarnya Cinta

Adalah sebuah gerakan bernama Indonesia Mengajar. Kalau kawan belum tahu silahkan searching google, karena aku tidak membahas gerakan hebat ini secara rinci. Namun yang jelas, gerakan ini adalah salah satu inspirasi dan motivasi terbesarku hingga saat ini. Tulisanku kali ini akan menceritakan pengalamanku dan beberapa sahabat dalam kerja bakti Festival Gerakan Indonesia Mengajar, hari Minggu kemaren, tanggal 6 Oktober 2013.

Kembali sejenak ke masa setahun belakang, aku sebenarnya punya ‘dendam’ pribadi kepada program Indonesia Mengajar (IM) ini. Berawal dari keinginan terdalamku tahun lalu yang tak lolos seleksi menjadi pengajar muda. Aku sempat terpuruk. Harapanku menjadi guru di pelosok pulau terasa tak akan pernah tercapai lagi. Aku cinta anak-anak, aku cinta alam Indonesia. Maka bila seseorang tak mendapat apa yang dicintainya, apa yang akan terjadi? Kegalauan. Aku pernah mengalaminya, kawan.

Tapi itu dulu. Email balasan dari Pak Anies Baswedan telah kembali mengangkat semangatku. Beliau berkata: “Walaupun tak lolos seleksi, tetaplah mencintai apa yang menjadi pilihan dan jalanmu. Tetaplah bergerak. Tetaplah menjadi inspirasi dalam dunia pendidikan dan anak-anak. Ayo bantu wujudkan salah satu janji kemerdekaan kita : Mencerdaskan kehidupan bangsa!” Begitu kira-kira kesimpulannya. Dan ‘dendam’ yang kusebutkan diatas adalah bukan dendam dalam pengertian biasa. Melainkan sebuah dendam positif (memangnya ada dendam positif ya? hehe) yang menjadi cambuk semangatku untuk menerjunkankan diri kedalam telaga nirwananya dunia anak dan pendidikan.

Maka singkat cerita, aku nekad merantau ke pulau Jawa setahun lalu. Tak lain tak bukan, hanyalah untuk menjadi guru sekolah dasar. Kesempatan seleksi bekerja di beberapa instansi yang menggiurkan kuabaikan. Aku tetap penasaran ingin menjadi guru. Lantas kenapa tak menjadi guru di kampungku saja? Aku berpikiran lain kala itu, yaitu aku tak boleh setengah-setengah. Aku harus merantau. Mencari ilmu, sahabat, dan pengalaman baru terlebih dahulu. Ini modal utamaku sebelum suatu hari nanti pulang membangun kampung halaman. Lagipula sebagai orang minang dengan tradisi merantau sepertinya akan terlihat keren dan selaras dengan petuah Imam Syafii. Hehe.. 

Impianku menjadi Pengajar Muda mungkin sirna, tapi puluhan impian lainnya yang senada akan kujemput segera. Alhamdulillah, adikku kini menjadi Pengajar Muda di kepulauan Bawean. Lewatnya, aku kenal dengan banyak Pengajar Muda. Cerita-cerita dan diskusi kami menjadi salah satu senjataku untuk belajar menginspirasi para muridku di sekolah tempat aku mengajar kini.

Berikut cerita ajaibku yang baru kemarin aku alami:

Adalah sebuah acara yang bernama Festival Gerakan Indonesia Mengajar. Diadakan di Ancol. Ini bukan festival biasa. Lebih dari 9000an relawan ikut aktif terlibat di dalamnya. Para relawan akan bekerja bakti untuk menyiapkan materi dan alat bantu ajar yang nantinya akan di kirim keseluruh pelosok Indonesia dimana para Pengajar Muda ditempatkan. Disana para relawan akan membantu mengemas ratusan ribu buku untuk dipaketkan, menulis surat semangat untuk para siswa dan guru di pelosok tanah air, membuat kartu bergambar, membuat puzzle, bernyanyi bersama dan merekam lagu anak-anak, merekam video tentang aneka macam profesi, hingga berdongeng di depan kamera.

Maka tanpa berpikir dua kali, lebih sebulan lalu begitu aku pertama kali mendengar kabar tentang festival karya bakti ini, aku segera mengontak teman-teman ku yang berada di sekitar Depok dan Jakarta. Mereka sangat antusias. Kami yang awalnya hanya tiga sampai lima orang saja, akhirnya berhasil berkenalan dengan belasan teman baru lainnya.

Satu hal yang paling ajaib menurutku adalah, walaupun kami baru kenal, namun kami langsung menjadi akrab dan bersahabat. Tak ada itu yang namanya jaim-jaiman. Para sahabat terkasih yang sudah lama kukenal seperti kak Ega, Ani, Betrin, Stella, dan Vivi menyambut berita ini dengan animo yang luar biasa pula. Dan tugas mengumpulkan karcis pendaftaran kudelegasikan kepada Ani. Tanggungjawab ini pun dia terima dengan hasil yang sangat memuaskan.

Inti acara festival kerja bakti ini sebenarnya sudah dituliskan pula oleh sahabat kami Rima dan Yani dengan menarik dan gaya cerita luar biasa. Kami memang berjanji untuk menuliskan pengalaman luar biasa ini ke dalam note facebook masing-masing kami. Maka pada kesempatan kali ini, aku ambil bagian saja dalam penceritaan tentang peristiwa ajaib yang dialami masing-masing kami. Khususnya kisah tentang sahabat yang baru kami kenal sebelum hari ‘H’ ketika kami menjadi relawan kerja bakti. 

Kenalkan, para sahabatku:

Yani Jayani
Adalah sahabat baru kami, mahasiswi keperawatan asal Bogor. Ia aktif di kampusnya dan suka melakukan aksi bakti sosial untuk anak-anak jalanan. Setiap minggu ia berjualan pakaian layak pakai yang kemudian dananya digunakan untuk kegiatan sosial. Usianya hampir sepuluh tahun dibawahku. Tapi semangatnya membuatku iri setengah mati. Ketika kami janjian bertemu di stasiun pondok cina, aku menunggunya hampir satu jam. Tapi tak terasa. Rasa antusiasku mengalahkan putaran jarum jam yang biasanya membosankan. 

Rima dan Noni
Mereka berdua dari Bogor. Rima adalah juniorku dulu di kampus, tapi kami tak begitu kenal akrab karena jarak angkatan kami terpaut 4 tahun. Dia kini sedang menyusun thesis S2 nya di salah satu kampus di Bogor, juga seorang penulis. Sudah terbit satu buku karyanya (aku kapan ya? harus menyusul segera nih). Noni adalah seorang analis kimia. Orangnya sedikit pendiam diawal, eh setelah kenal seharian ternyata orangnya asik juga. Mereka berdua adalah ‘orang-orang penting’ yang harus kami tunggu di stasiun pondok cina sebelum kami semua bergerak menuju Ancol.

Ani dan Uwie
Ani sudah lama kukenal, junior angkatanku di kampus dulu. Takdir mempertemukan kami di kota ini, sehingga aku punya tandem diskusi yang ideal terkait hobi dan pemikiran-pemikiran kami soal dunia pendidikan. Nah, Ani ini punya sahabat satu kosan yang hebat bernama Uwie. Aku baru sekali bertemu Uwie. Ia adalah seorang psikolog muda, usianya sama denganku. Seperti seorang psikolog pada umumnya, Uwie adalah sosok yang ramah. Walaupun awalnya ia juga pendiam, namun menurutku itu adalah caranya untuk ‘membaca’ kami yang baru pertama kali dikenalnya. Aku senang sekali bisa berkenalan dengan satu orang lagi psikolog. Kelak ia akan sering kutodong pertanyaan dan curhatan tentang anak didikku di sekolah.

Didi
Sahabat yang satu ini namanya mirip sekali dengan salah satu merk shampo anak-anak. Karena namanya yang berkaitan dengan anak-anak inilah, aku langsung tertarik. Haha.. Ternyata ia adalah mahasiswi tahun akhir sebuah universitas negri di Jakarta, jurusan tata rias. Cewek tomboy yang keren satu ini juga punya warung lesehan di dekat gang Kober. Kami tahunya belakangan, ketika sudah pulang dari Ancol. Aku senang mengenalnya karena kalau wisuda atau nikahan nanti aku bisa mengontaknya untuk tata rias dan minta potongan harga. Terlebih karena Didi juga punya warung makan lesehan, kalau lapar dan nanggung bulan, aku kan bisa ngutang disana. Hahaha..

Kak Ega, Betrin, dan Stella
Kak Ega adalah seniorku di kampus dulu. Ia sekarang ngambil S2 di UI. Beliau ini selain juga pernah menjadi guru SD, juga pintar sekali menari Minang lho. Oiya, satu hal yang aku salut dari kak Ega adalah semangat belajarnya. Di kereta, di angkot, di Bus, bahkan ketika berjalan kaki selama diperjalanan hari Minggu lalu, ia tak pernah lepas dari lembaran fotokopian tugas kuliahnya. Kemampuan multi tasking nya patut diacungi jempol.
Betrin dan Stella adalah juniorku di kampus dulu. Kini Betrin bekerja pada sebuah bank di Jakarta. Yang aku salutkan juga adalah ia juga sangat memerhati dunia pendidikan. Ia pernah ikut menginisiasi sebuak komunitas relawan peduli anak jalanan. Kecintaannya pada dunia pendidikan juga tak kalah menakjubkan. Begitu juga dengan Stella, gadis muda yang juga sedang S2 di UI inipun punya komunitas aksi sosial untuk anak-anak yatim, sekolah-sekolah, dan tempat-tempat lainnya di sekitaran Jawa Barat bersama rekan-rekan alumni SMA nya.

Desfi dan Icha
Desfi adalah anggota termuda dalam ‘tim relawan dadakan’ kami. Ia baru kuliah semester pertama. Usianya jauuuuh sekali di bawahku. Yang aku senangi adalah ia tetap memanggilku ‘kakak’. Padahal sangat mungkin sekali kalau ia memanggilku dengan sebutan Paman atau Mbah. Hahaha..Oiya, Desfi ini ternyata kuliah PGSD lho. Sebuah kuliah yang sempat aku idam-idamkan karena dari dulu aku salut sekali dengan sosok seorang guru SD. Dan Icha adalah sepupunya Ani. Ia seorang mahasiswi tahun akhir yang punya jiwa entrepeneur. Aku belum tahu banyak tentangnya. Tapi yang kutahu dari Ani, Icha ini juga punya cita-cita yang sama yakni ingin mengelola sebuah sekolah nantinya. Ini luar biasa. Satu persatu seiring berjalannya waktu, aku menemukan sahabat-sahabat yang memiliki impian sama.

*****

Begitulah, kawan-kawan. Seharian minggu kemaren aku bertemu dengan orang-orang hebat dan menginspirasiku. Mereka adalah sahabat dan saudari-saudari baruku. Aku sebenarnya ingin sekali menceritakan dengan detail tentang semua kegiatan dan keseruan yang kami alami ketika ikutan kerja bakti di Festival Gerakan Indonesia Mengajar. Namun kali ini tak ada kata-kata yang bisa kupilih selain mengucapkan syukur dari hati terdalam karena telah ‘menemukan’ mereka semua.

Satu hal yang kucatat adalah:
“Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia kecil saja dibandingkan jutaan orang-orang yang telah mengabdi kepada bangsa kita tercinta ini, khususnya dalam bidang pendidikan dan anak-anak. Aku seperti sebutir pasir di lautan. Apa yang aku lakukan selama ini, dan selama ikut membantu menjadi relawan sehari di kerja bakti itu, mungkin hanya hal remeh saja bagi sebagian orang. Kuakui itupun memang belum seujung kuku. Namun aku yakin dan sangat percaya, bahwa sebutiran pasir akan membentuk sebuah pantai yang indah tak terperi ketika jutaan butiran pasir lainnya ikut bergabung, bergandengan, berkumpulan bersama-sama.”

Dari pengalaman sehari itu. Aku kembali merefresh janjiku kepada diri sendiri untuk selalu mengabdi dalam dunia pendidikan dan anak-anak. Karena lewat tangan anak-anak kita nantilah kemudi kapal bangsa kita ke depan. Kita tak hanya mencintai anak-anak karena mereka semua itu lucu, kita juga mencintai mereka karena masa depan bangsa kita tercinta ini terletak di tangan mereka.

Kita punya dua tangan kecil, namun ketika jutaan tangan-tangan kecil lainnya bersatu, apa yang tak bisa kita lakukan bersama untuk kebaikan? Dengan hobi, passion dan kesukaanku, aku akan terus belajar dan berusaha mengabdi kepada bangsa ini. Semoga Allah selalu memberikan jalan dan petunjuk serta rahmatNya berupa pengalaman berharga seperti kegiatan kami tempo hari. Aamiin..




Fauzan Fadri
8 Oktober 2013
Pukul 19:40 WIB


Pesan dari Kawan Seluruh Indonesia untuk Kelas 5 Khalid bin Walid

Kepada anak-anak di sekolah, saya sering sekali bercerita tentang kawan-kawan dan kenalan saya yang semuanya telah menginspirasi. Para sahabat saya itu berasal dari lintas profesi dan latar belakang yang berbeda, usia yang berbeda. Bahkan ada beberapa dari mereka yang masih bersekolah, kuliah S1, S2, dosen, pengusaha, guru, dokter, penulis, karyawan, traveller,  aktivis sosial, seniman dalam bidang apa saja, hingga ibu-ibu penjual keripik yang saya temui di pinggir jalan, sopir angkot, serta siapa saja yang baru saya jumpai dan sempat bercakap-cakap dengannya.

Maksud saya adalah untuk kembali menginspirasi mereka lewat inspirasi-inspirasi yang saya dapatkan. Saya berharap anak-anak Khalid bin Walid menjadi lebih bersemangat dan selalu ceria dalam belajar, termotivasi, serta dapat melihat dunia lebih luas dan dalam dari hal-hal kecil dan sederhana. Sehingga kelak akan tertanam rasa kepercayaan diri dalam diri mereka untuk menjadi apa saja yang mereka inginkan. Menjadi kaya dalam hati dan bermanfaat bagi keluarga dan banyak orang di sekitarnya. 

Tujuan-tujuan saya diatas mungkin sekali terdengar muluk. Namun saya yakin sungguh, murid-murid Khalid bin Walid di masa depan, 10 sampai 20 tahun yang akan datang akan menjadi anak-anak Indonesia yang membanggakan dan mengangkat harkat bangsa kita ke depan. Aamiin..

Disini saya mengutip beberapa pesan, kesan, nasehat, kata mutiara, komentar, bahkan surat kecil dari kawan-kawan semuanya yang saya kumpulkan dari status dan catatan facebook saya terkait dengan anak-anak disekolah, khususnya bagi Kelas 5 Khalid bin Walid.

Testimoni dari kawan-kawan semua sangatlah berharga bagi mereka, akan menambah semangat dan daya juang mereka. Nantinya, kumpulan testimoni ini akan saya jadikan mading kelas, sehingga dapat dibaca ulang, dilihat, dan diresapi oleh anak-anak setiap hari.

Satu atau dua kalimat sederhana dari kawan-kawan semua adalah harta yang tak ternilai bagi perkembangan hati dan jiwa mereka hari ini dan kelak. Siapa tahu nanti, dari sepatah dua patah kalimat pesan komentar dari kawan-kawan semua, dapat membantu anak-anak ini menjadi sesuatu. Secara tidak langsung, ini juga akan menjadi kontribusi nyata dari kawan-kawan semua.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih sedalamnya kepada semua kawan-kawan yang mengisi kolom komentar dan memberikan testimoni kepada anak-anak kami, kelas 5 Khalid bin Walid.

Berikut beberapa testimoni yang saya kumpulkan hingga saat ini:

"Jangan pernah takut untuk berbeda karena setiap pribadi adalah unik..dan hormati keunikan itu".(Ama Erithia – Founder komunitas 1001 Buku, Jakarta)

"Apapun yang ingin adek-adek bikin, lakukan dengan senang hati.. maka hasilnya akan menyenangkan! Jangan lupa baca basmalah, ya.." (Rahmatul Husni – Akademisi dan Mahasiswi S2 Universitas Ibn Khaldun, Bogor)

"Jadilah pribadi yang jujur, pada siapapun, terlebih diri sendiri. Jujur untuk mengungkapkan apa yang ada dihati dan apa yang ada dipikiran. Jujur itu tidak takut untuk mengakui kalau kita salah sekaligus berani menentang bila memang tidak sesuai dengan hati. Tidak malu mengakui kelemahan dan kekurangan diri sendiri sekaligus tidak gengsi untuk mengucapkan selamat bila ada orang lain yang lebih baik dari kita. Jujur itu berkata sesuai dengan yang benar- benar dilakukan dan berbuat sesuai dengan yang benar- benar diinginkan. Kelak akan banyak orang - orang besar yang lahir dari kejujuran.*Kakak tunggu salah satu, sebagian besar atau semua orang besar itu adalah kamu."(Chatrine Yaniarti – English Tutor, aktor dan sutradara teater, aktivis LSM anak GARASI, Depok)

Jangan takut melakukan apapun, apalagi suatu yang berbeda. Jadi diri sendiri itu menyenangkan. Mari berkarya, dengan berkarya kita ada. (Komunitas Tubuh Jendela – Ruang Diskusi dan Dokumentasi, Padang)

"Anak-anak tumbuhlah selayaknya sebagai diri kalian sesuai ddengan usia kalian agar kalian tidak mengalami kegalauan dikala kalian dewasa. Jadilah diri sendiri dan menjadi agent perubahan bagi bangsa ini, berkaryalah dan tetap bersemangat". (Elsya Crownia – freelance writer, blogger, kritikus sastra dan film, Padang) 

"Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit… Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang". ~ Soekarno (Mulia Mulki Rizki – apoteker, photographer, Bogor)

"Kerjakan apa yg kamu sukai, dan sukailah apa yang kamu kerjakan. Jgn meniru yang orang kerjakan ya, little kids.." (Boy Adriansyah – pengusaha konveksi, Jakarta)

"Membaca cerita anak-anak Khalid bin Walid bikin  saya jadi terharu. Ingin sekali bertemu dengan anak-anak yang hebat dan cerdas itu. Semoga dalam waktu dekat bisa pergi ke Depok untuk bertemu mereka saat liburan nanti." (Alifia Seftin Oktriwina – wartawan, blogger, dan mahasiswi Psikologi UNAND, Padang) 

"Setelah baca tulisan-tulisan bang Pau dan pengalaman anak-anak Khalid bin Walid  yang menggemaskan, alangkah lebih baik, semua kisah-kisah ini  dijadikan sebuah buku. InsyaAllah saya akan beli bukunya plus jadi fans anak-anak Khalid.
(Marliza Rahma Yuli – Alumni Sastra Inggris UNAND, pengajar dan pendidik, Padang)

Salamin buat anak-anak kelas 5 yah bang Pau. Semoga mereka jadi anak sholeh dan sholeha. Saya suka sama tulisan-tulisan bang Pau. Ayo dijadiin buku,  biar menginspirasi lebih luas."(Anandyawati – aktivis anak dan Palang Merah Indonesia, peraih beasiswa S2 di Malaysia,  sekarang penerima beasiswa BPP-DN Dikti untuk pascasarjana IPB)

"Selamat ya pak ustadz, tetap istiqamah. Salam untuk anak-anak kelas 5 dari Aceh Tenggara."(Jumadul Pilca – mantan dosen Akademi Manajemen dan Informatika /AMIK Kosgoro, Staf bagian organisasi Setdakab Aceh Tenggara)

"Sering ku baca diam-diam note atau pun status bg Papau tentang anak-anak kelas 5. Tanpa pernah ku tinggalkan jejak 'like atau comment'  tapi hari ini terpaksa ku komentari karena tidak bisa ku tahan. Bg Papau sudah terlalu, terlalu menginspirasi hehe.. Salam hangat untuk mereka bg. Jadi teringat pengalaman saya mengajar juga di sebuah sekolah boarding di sudut kota Padang. InsyaAllah tahun ini kami akan buka SDIT ditempat perantauan, salah satu sudut kampung di propinsi Sumatera Selatan. Do'akan ya bang, dan tulislah selalu pengalaman-pengalaman abang itu untuk jadi bahan pembelajaran bagi ku dalam menghadapi anak-anak nanti. Dan alangkah baiknya tulisan-tulisan itu djadikan buku, agar menginspirasi lebih luas..."(Humnah Aisha – Alumni Sasing UNAND, insyaAllah akan mendirikan sebuah sekolah SDIT, Palembang)

"Anak-anaknya lucu. Secret Letter nya itu bikin geli. Wah aku pengen ketemu mereka juga deh sebelum keberangkatan ke daerah. Halo adik-adik salam kenal ya. Calon ibu guru yang tidak tahu bakal ditempatkan dimana2. Saya senang sekali mengenal kalian melalui cerita-cerita ustad papau di note nya. Wow, kalian anak-anak yg luar biasanya lucunya. Membayangkan kalian melalui cerita-cerita ini, membuat saya ingin berjumpa kalian dan bermain bersama kalian. Salaaaaam sayang utk murid bg papau semuanya.(Rafselia Novalina – Aktivis World Wildlife Fund (WWF), dan Pengajar Muda Indonesia Mengajar, Riau) 

"Kalau kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, kamu harus menanggung pahitnya kebodohan." #Pythagoras (Bobby Aditya – Alumni Fakultas Hukum UNAND,  Legal Officer/Bankir, Bekasi)

"Sesungguhnya sebuah kain batik yang indah, lahir dari kesabaran, kesungguhan, kerja keras, semangat dan ketelitian pembuatnya. Karena selembar kain batik awalnya hanya berasal dari kain yang tidak bernilai menjadi selembar kain yang sangat bernilai. Sama halnya dengan anak muda seperti kalian. Dengan kesungguhan, kerja keras, kesabaran, pantang menyerah dan semangat menempa diri, akan menjadi anak muda yg hebat, kuat, pintar, dan membanggakan." (Fitri Afrina  - Bankir, Filmaker, Juara nasional ICCA /Indonesia Contact Center Association/ tahun 2013, Jakarta)

"Ayo adik-adik, duniamu penuh warna, kreatifitas, dan impian. Pertahankan jagan sampai warna itu hilang, karena dunia tidak akan ceria dan penuh manfaat jika tidak ada kalian semua.."(Denny Salaki – Ahli Farmasi dan pengusaha muda berbakat, Sukabumi)

"Jadilah apapun yang kalian inginkan..bukan karena teman lain juga melakukannya..bukan juga untuk terlihat hebat...karena superhero sekalipun tak ingin kehebatan dan kebaikannya diketahui orang lain. Bermainlah.. Menulislah.. Melukislah.. Membacalah.. Merakitlah... Apapun itu lakukanlah.. Kalian sudah besar sudah tau mana yang baik dan yang buruk... Lindungi orang-orang yang kalian cintai.. Percayai teman-teman yang bersama kalian." (Yudia Rifki – pengusaha muda, pemilik gerai es krim, founder Yudia Organization, Padang)

"Tuliskanlah mimpi-mimpimu secara nyata, jangan tulis dalam ingatan saja karena pasti akan lupa. Tuliskanlah targetmu di atas kertas, hingga suatu hari nanti yg kamu lihat adalah coretan-coretan bahwa kamu sudah mencapainya. Jadi buat kamu, jangan pernah takut bermimpi besar ya, jaga mimpimu, tuliskan dan kejarlah impian. Juga jangan pernah takut ditertawakan. Bukankah bumi tak pernah berada diatas kepalamu dan selalu berada dibawah kakimu, lalu apa yg mesti kamu takutkan? Belajar juga ya dari ustad Fauzan yang sering menuliskan cerita tentang kalian hingga kami juga terinspirasi dari kalian. Tuliskanlah kisah kalian, dan buat sejarahmu sendiri."(Sherley Yudistia Utari – Mahasiswi S2 Universitas Sebelas Maret, komunitas Jejak Pena, Surakarta) 

"Remember that each of you is different, that makes the world colorful. Enjoying yourself will be a lot of fun rather than pretending to be someone else. How can you recognize each other if you are all look simmilar?? then the world will be a borring place to be lived."(Rany Syafrina – Postgraduate Student of UGM, penulis dan kritikus perempuan, Jogjakarta)

Helloooo.....salam kenal...Ini Miss Tia, Miss salah seorang pengajar di Sumatera, jauh kan? Hheheh...Tentu tidak.... Hhmm...kalian maunya Miss nulis apa? Cita-cita mau? Cita-citanya apa?
Miss dulu waktu kecil punya cita-cita jadi Astronot...Ngeri ya? Padahal Miss gak tau astronaut itu apa sewaktu Miss masih kecil.  Cuma, kata ibu Miss, astronaut itu orang yang bisa pergi jauh dari bumi,kan seru... 
Tapi cita-cita Miss berubah setelah besar, Miss mau jadi penjaga toko buku dan penjaga bioskop! qiqiqi...  
Kalian tau kenapa? Karena cuma di sana adalah tempat yang paling enak untuk membaca. Tapi sayangnya, gak ada pendidikan formal di toko buku, sekolah memang bukan satu-satunya tempat belajar, tapi cuma sekolah yang bisa ngeluarin yang namanya Ijazah, STTB, biar bisa pintar, biar bisa dapat duit banyak, biar bisa ganteng, biar bisa cantik, harus sekolah! 
Kalian capek gak sekolah? Bosan gak? Suka mana main atau sekolah? Main donk! Nonton TV, jalan-jalan ke mall, main ayunan, main game, enak kan? Tapi ingat, masak orang-orang sudah pada bikin game, kalian cuma main doank? Orang sudah bisa jadi artis, jadi president, nongol di TV, kalian bisanya cuma nonton doank? Mau sampai kakek nenek jadi penonton terus? Mau jd yang main pelem? Main jadi pembaca berita? Mau jadi wali kota Jakarta yang keluar d tipi tiap hari? Mau? Kalau mau ya belajar.... 
Ustad Papau sudah pernah ajak kalian nonton Akeela and the Bee belum? Atau film Denias, atau Tanah Surga katanya? Ajak Ustad Pau nonton itu ya.  Miss cerita yang Denias aja dikit, mau? Okay... Denias itu anak pedalaman di Papua. Jangankan sekolah, baju aja mereka gak punya. Denias punya tapi cuma satu...Tapi Denias ingin sekali sekolah. Denias berjalan jauuuuhhhhh sekali untuk bisa sekolah, lewatin sungai, makan daging binatang di hutan, sampai tiba di sekolah kota.
Tak mudah bagi Denias untuk bisa sekolah, karena Denias tak punya Report. Tak punya baju sekolah, gosok gigipun nggak pernah...iiiiii....heheh. Nah kalian gimana? Sekolah naik mobil?Dianterin pake motor? Naik bus sekolah? Naik sepeda? Atau jalan kali puluhan kilo nggak? Sayang banget kan Tuhan sama kalian...Punya mama papa, punya Ustad ganteng ...(Cieee). Tapi sekolahnya malas, PR gak bikin, kalau Tuhan tiba-tiba marah besar, terus ngambil mobilNYA lagi mau? Tiba-Tiba pas lagi tidur, pas bangun kalian udah di Papua mau? Udah di Hutan Amazon, bobok nya sama buaya,mau? Berarti harus belajar dengan rajin, gak boleh malas, harus semangat, kek Caesar tu, bisa joget kek gitu gak? Sesemangat itu gak? Coba kalau bikin PR kek gitu, kek Caesar joget, sehari PR dari Senin sampai Sabtu kelar dah! 
Ingat ya Sayang.. Banyak sekali anak-anak di luar sini gak sekolah, karena harus kerja, gak sekolah karena di kampungnya gak ada sekolah. Gak sekolah karena gak punya uang...nah kalian? Enak-enakan, malah malas. Malu sama anak Papua. Malu sama Denias...okay? 
Salam Kenal Miss Tia SALMIZUL FITRIA Sunny Learning Center Jln.Raya Perawang KM 5 No. 20,21,22 Tualang-Perawang Riau +6285265462474 (Salmizul Fitria – English Tutor, guru, dan motivator muda, Riau)

"Intinya sih 'be happy'! Selama masih muda, adek-adek terus semangat yaa. Bercita - cita dan bermimpilah selama bermimpi dan bercita cita gak ada yang ngelarang, moga jadi anak sukses bebakti bagi orang tua, bangsa negara dan agama, Aamiin..(Sitioktovani - Traveller)

"Begitu hadir masalah, bernyanyilah na na na na, lepaskan segala lara, kerjakan dengan hati....Bahkan bintang pun butuh gelap untuk bersinar."  # Pak Guru Ojan (Fauzan Ojan – Pengajar Muda Indonesia Mengajar, Kep. Bawean, Jawa Timur)

"Adik-adik ku, jadilah pribadi yang baik. Memang baik menjadi orang yang penting, tapi percayalah lebih penting menjadi orang baik. Zaman semakin gila dan orang-orang baik semakin langka. Jangan sampai mereka ‘punah’ di muka bumi ini. Caranya, ayo menjadi orang baik. Kapan? Sekarang juga! Setuju?" ( Ilham, Pekanbaru – Tutor bahasa Inggris | blogger | penerima beasiswa CCIP ke Amerika Serikat Agustus 2012 - Mei 2013)

"Ganbattekudasai!!!"....yang artinya Ayooo,,semangaaaat!!!"
"Tahukah kamu kenapa Jepang menjadi negara besar dan maju di dunia??? Ya,,salah satunya adalah karena kata-kata yang satu ini "ganbatte".. Kata ini sungguh berpengaruh dalam membangkitkan semangat. Apapun yang kita lakukan, asal ikhlas dan bersemangat, hasilnya akan menjadi luar biasa.." (Almiza Dona - Penari, sedang menjalankan misi budaya Indonesia di Jepang) 

"Hargai dan hormati orang lain jika kita ingin dihormati dan dihargai orang lain, serta hormati dan hargai diri sendiri terlebih dulu baru kita bisa menghargai dan menghormati orang lain.(Fenny Pertiwi - Karyawan Swasta, Cinere)

"Setiap orang harus tau sejarahnya.."  #novel "Ibunda" by Maxim Gorki (Edo Virama Putra - Penulis, Pengusaha Peternakan Ayam dan Ikan, Bogor)

"Teman kecilku yg baik, sungguh kalian adalah anak2 yg cerdas. Lakukanlah sesuatu yang disenangi, jangan takut untuk salah. Protes itu biasa, namun ingatlah untuk membiasakan diri untuk bersabar dan berbagi. Berbagi kebaikan tidak akan mengurangi apapun. Semoga teman2 terus semangat dan tetap menikmati masa bermain sambil belajar dan jangan lupa senyum ya.."
( Yulia - pernah bekerja di beberapa lembaga anak, yaitu Right to Play, Save the Children, dan Terre des Hommes-NL)


Hai anak Indonesia, adik-adik Khalid :') 
Selamat menjadi anak Indonesia yang Exsotis. Apa itu EXsotis?

1. Jadilah anak-anak yang Excellent, putra-putri bangsa yang cerdas, yang siap mengharumkan nama bangsa dengan prestasi-prestasi cantik kalian, dalam bidang apapun yang kalian minati, kalau kalian suka melukis, melukislah. Jadilah pelukis. Suka sepak bola, jadilah pemain bola. Kalau kata Rachodas Shamaldas Chancad: Jadilah apapun yang kalian suka (asal positif ya). Bahasa lagunya "Que Sera Sera, Whatever Will Be, Will Be, The future's not ours to see" artinya sama, jadi apapun, maka jadilah.

2. Jadilah anak-anak yang Solid, solid sesama teman, solid dengan siapapun dalam menebarkan kebaikan, ibaratnya adik-adik sekalian adalah akar. Jadilah akar yang kuat yang saling mengikat satu sama lain, supaya jika nanti kalian tumbuh jadi remaja hingga dewasa yang bisa diibaratkan sebagai pohon. Pohon yang tumbuh nanti tidak goyah di terjang apapun. Buat persahabatan kalian hari ini, kesolidan kalian hari ini, sebagai modal kesolidan bangsa kita, Indonesia! 

3. Jadilah anak-anak yang Kritis, kalau kata mbak (Yulia Sarii) jangan takut salah, orang besar selalu diuji dengan kesalahan-kesalahan yang tiap dia salah, selalu berjuang untuk bangkit dan memperbaiki kesalahan, kesalahan-kesalahan itu adalah modal adik-adik nanti menuju kebenaran. Kata orang, kritis itu sikap yang selalu ingin tahu, sikap yang selalu mempertanyakan sesuatu untuk mencapai hal yang mendekati kebenaran, walaupun adik-adik harus tetap ingat, kebenaran yang hakiki hanya milik Allah. Kalian tahu mengapa manusia menemukan bahwa bumi itu bulat? Bahwa benda selalu jatuh ke tanah? Itu semua karena orang-orang itu bersifat kritis pada setiap yang dia lihat. Semoga dengan kritis, adik-adik bisa tumbuh menjadi sebenar-benarnya manusia. Bukankah Allah sudah memberi kita perintah untuk Iqro', Baca, Baca, dan baca, baca. Dalam hal ini bisa jadi adalah sikap kritis. Bukankah Allah tidak menciptakan siang dan malam, bumi seisinya, alam semesta seisinya, supaya manusia itu berpikir, berpikir disini adalah bagian dari sikap kritis. Selamat menjadi manusia yang kritis.

4. Jadilah anak-anak yang tidak hanya cerdas, solid, dan kritis, namun juga anak-anak yang humanis. Jadilah anak-anak yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Peduli kepada sesama manusia, sekali lagi, sesama manusia. Lihatlah orang lain itu sama seperti kalian, sama-sama manusia yang nantinya juga dipandang sama oleh Allah. Hanya keimanan dan ketaqwaan kita kepada ALLAH yang membedakan kita. Dan itu hanya ALLAH yang tahu. Kakak yakin, ketika kita memandang setiap kawan kita itu sama dengan kita, sama-sama manusia, kita akan selalu merasakan kedamaian dalam hidup  dan siap untuk jadi manusia-manusia yang bijak. Bukankah dasar negara kita yang nomer dua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab? Sudah pada tahu toh artinya humanis? Yaap, kurang lebih arti humanis adalah kita-kita yang merindukan kehidupan yang lebih baik atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Selamat menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia.  

Wahh.. panjang yaaa. Maaf ya adik-adik.. Semoga kelak bangsa ini bisa tersenyum karena kehadiran adik-adik sekalian. Bagiamana? Sudah siap jadi Exsotis? Secara pengertian umum, eksotis itu hal yang memiliki daya tarik karena belum banyak orang yang tahu. Nah, harapan kakak, adik-adik ini jadi anak-anak yang selalu memiliki kharisma atau daya tarik tersendiri. Selalu tampil baru dan menyenangkan. Selalu tampil berguna bagi sekitar. Eksotis  seperti Indonesia yang selalu eksotis di dunia.  Jadi? Siap menjadi anak-anak Indonesia yang terus tumbuh sebagai manusia-manusia yang eksotis? Mantappppp? Oke kita sama-sama teriak ya! Aku anak Indonesia yang Exsotis! Exsotis! Exsotis! Excellent, Solid, Kritis, Humanis! (sambil senyum ya :D)
(Rizal Agung Kurnia - Aktivis Mahasiswa, anggota Kajian dan Keilmuan BEM-FIB Universitas Airlangga, Surabaya)

Wah..wah... Luar biasa ini semua  pengen kasih testimoni tp gak tau harus bilang apa lagi hahahaha......Jadi pengen menyapa saja ya Pau buat jagoan-jagoannya kelas 5: "1-19-19-1-12-1-13-21-1-12-1-9-11-21-13" Ayooo...artinya siapa yang tau?
(Poppy 'Electron' Zonia - Seniman, Musisi Indie, Guru Sekolah Menengah, Trader, Sumatra Barat)

"Anak Indonesia yang Budiman dan Indah akhlaknya, belajar itu dengan hati ya Nak, karena dengan hatilah ilmu dapat bertambah. Sehingga keberkahan masuk, dan anak-anak semua bisa menggapai cita-citanya." 
(Rizki Ikhwan - Aktivis anak dan sosial, SGI Angkatan V Dompet Dhuafa, kini sedang di Parung, Jawa Barat)

"Tidak ada anak yang nakal, yang ada hanya aktif walaupun terlalu aktif.. Dan tiap keaktifan itu tercipta karena ada sesuatu yang meledak-ledak dalam hati dan pikiran anak-anak... Tiap ledakan itu butuh realisasi, butuh tindakan, dan butuh apresiasi... Dan dari tiap ledakan itu juga tercipta Seni, Kreatifitas, dan dan Kecerdasan... Teruslah aktif, teruslah mengeluarkan ide, jangan ditahan selama ide itu baik dan tak pernah melukai sahabat-sahabatmu... Anak-anak terlalu murni dan masih jauh dari sifat yang BURUK... Dan semoga Kita bertemu nanti, dimana saya berada di kursi penonton bertepuk tangan melihat kalian menerima piala dan piagam kehormatan."Ttd : RH(Arif Rahman Hakim - Tentor Fisika GO, Sumbar)

"Assallammu'alaikum teman-teman. Kalian harus belajar rajin-rajin ya, supaya teman2 bisa pintar dan disayang oleh orang tua dan guru. Aku suka memiliki temen2 seperti kalian semua, kata ummiku aku punya teman yg jauh sekali. Teman2 harus lebih rajin menulis dan menuruti perkataan orang tua dan juga guru ya. Jadi belajarlah dengan cara yang baik dan menyenangkan. Pelajaran itu sangat menyenangkan lho. Berarti kalau teman2 belajar lebih rajin lagi pasti orang tua akan sayang. salam sayang dari aku teman mu di Payakumbuh.(Kenalkan namaku Shafura, aku sekolah di home schooling kelas satu, dan Ummy Ria) 

"Untuk anak-anak cerdas yg ada di kelas 5 khalid bin walid... yakinilah apa yg kalian impikan. karna selagi kita berusaha dan berdoa, nothing is impossible. semuanya adalah mudah dan mungkin bagi Allah be inspiring ya nak... jd lah org yg menginspirasi dan bermanfaat utk org byk... kyk ustadz papau niiii ayoooo...semangat ya menuntut ilmu nya.."
(Septika Meri - Guru Inspiratif, Padang)

Adik2 muridnya Bang Pau..Jalani masa kalian dengan sebaik2nya dan seindah2nya ya! Belajarlah dengan baik,jangan sampai menyesal nantinya..ilmu adalah bekal masa depan kalian. Klo kalian lagi malas belajar,coba ingat orang tua,guru atau siapa saja yg menyayangi dan mendukung kalian..berjuanglah bukan hanya utk diri sendiri namun juga demi mereka yang sudah rela hadir buat kalian dan untuk orang-orang di luar sana yang menggantungkan harapan pada kalian..
Bermainlah dengan bijak,perbanyak teman,sayangi dan kenali mereka lebih baik lagi..dengan sendirinya,kalian akan lebih mengenal dan menyayangi diri kalian masing2
Cintai apa yang kalian kerjakan,temukan hal2 yang kalian suka,misalnya dengan hobi yang kalian punya,mgkn kalian suka menggambar,suka bermain musik, suka menyanyi atau mungkin suka jalan2..lakukan semuanya dengan sepenuh hati karena bisa jadi dr situlah masa depan kalian terbentuk..pokoknya semua cita-cita yang kalian punya,harus kalian perjuangkan!
Selalu ingat ya utk berterimakasih kepada Tuhan karena setiap pagi kalian bisa bangun tidur,melakukan kegiatan kalian,bertemu keluarga dan org2 yg kalian sayang setiap harinya dan juga mempunyai orang2 yang peduli dengan kalian.. Hidup ini indah kok,asalkan kita tidak lupa bersyukur.. Enjoy your life adik2
(Angela Rinta - Mahasiswi UGM, Photographer, Traveller, Jogjakarta)

Jadilah diri sendiri dan lakukan segala sesuatu dari hati. Karena sesuatu yang berasal dari hati akan kembali ke hati. (saphiraMD - general paractitioner, Papua)
*****
To be continued...(Kami masih menanti siapa saja tanpa kecuali bagi yang ingin menyampaikan pesan semangat kepada anak-anak Khalid Bin Walid. Silahkan tuliskan testimoni kawan-kawan pada kolom komentar di note ini..)
Best Regard. Fauzan Fadri. 15 September 2013


Beberapa anak-anak kelas 5. Pada suatu pagi hari sebelum bel masuk berbunyi. (Kiri-kanan : Ghizah, Nida, Najwa, Aulia, Lala, Rico, Zidane, Rarki)
Beberapa anak-anak kelas 5. Pada suatu pagi hari sebelum bel masuk berbunyi. (Kiri-kanan : Ghizah, Nida, Najwa, Aulia, Lala, Rico, Zidane, Rarki)