Halo apa kabar kawan-kawan semua? Semoga senantiasa semangat dan selalu dilimpahi rahmat dan keceriaan. Kali ini saya akan membeberkan sedikit kegiatan belajar yang dilakukan kelas 5 Khalid Bin Walid dalam satu bulan belakangan ini. Mungkin saja kawan-kawan sudah lebih dulu tahu (bagi yang non guru/pendidik) dan bahkan lebih ahli dalam mempraktekkan sistem, gaya, dan metode mengajar di sekolah (bagi kawan guru atau praktisi pendidikan).
Kami masih belajar tentunya. Masih belum cakap dan ahli. Namun ini ada beberapa program kegiatan sekolah dan beberapa trik serta metode mengajar yang saya modifikasi di kelas Khalid dan sekolah kami. Seperti kita sepakati bersama, proses belajar di sekolah tak hanya ketika murid berada di dalam kelas, duduk rapi, mencatat dan mendengarkan guru. Semoga tulisan berikut ini bermanfaat. Ditunggu saran, kritik, dan sharingnya demi kemajuan belajar kita bersama.
Outing Class di Kota Tua
Di sekolah kami ada program outing class. Sesuai namanya, anak-anak memang diberikan kesempatan bermain dan jalan-jalan keluar. Setiap kelas bebas menentukan kemana tujuan. Apakah itu ke lembaga pemerintahan, kebun raya, pusat wisata budaya, kuliner, kantor-kantor, museum, hingga ke panti asuhan. Beberapa contoh tujuan outing class ini memang musti berkaitan minimal dengan salah satu subyek mata pelajaran. Bisa IPS, Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan sebagainya. Program ini dilakukan sekali setiap semester.
Semester ini, kami bersama anak-anak kelas 5 Khalid bin Walid pergi ke museum Sejarah dan Museum Wayang di Kota Tua. Kebetulan, selain mengajar bahasa Inggris di kelas 3 dan 4, aku juga mengampu mata pelajaran IPS di kelas 5. Sejak pertama kali diusulkan miss Astri, aku langsung setuju. Kota Tua dan beberapa museum yang ada di sana adalah ‘tempat wisata’ paling favorit bagiku selain toko buku. Disana anak-anak akan mengenal lebih dalam tentang sejarah budaya bangsa, tentu saja ini sangat koheren dengan materi IPS.
Dan beruntungnya kami, kegiatan ini juga berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia dan Inggris. Anak-anak juga diminta mewawancarai petugas museum, pengunjung, penjual makanan dan souvenir, pekerja seni, dan turis asing yang mereka temui di sekitar museum. Tugas wawancara turis asing adalah titipan Miss Nitha yang mengajar Bahasa Inggris di kelas 5.
Adalah Naufal, anak paling aktif di kelas. Hobinya segala macam olah raga. Aktif sekali bergerak. Kadang di kelas ia memang sulit fokus, kecuali proses belajar itu kita modifikasi dengan banyak gerakan. Anak inilah yang mengagetkan saya. Dialah yang pertama kali menghampiri seorang bule asal Jerman bernama Charlie. Dengan modal bahasa Inggris yang patah-patah (Paling lancar ia bilang: ‘Helo, What’s your name?’ saja, hehe), ia membuntuti bule itu. Sehingga si bule berhenti dan langsung saja dikerumuni oleh semua temannya yang lain. Alhasil, si bule Jerman ini menjadi artis sehari. Ditanyakan macam-macam oleh anak-anak Khalid.
Keesokannya, masih dibayangi oleh kekaguman atas keberanian Naufal dan teman-temannya. Saya mengajak mereka membuat mading kecil yang berjudul : “The First Time When I Talk to Stranger”.
Kami menempelkan foto Charlie dan anak-anak. Dan meminta mereka membuat testimoni di sebuah kertas kecil lalu ditempel disekitar foto mereka dan Charlie. Ada anak yang menulis: “Sungguh menyenangkan, mendebarkan, grogi harus ngapain, pengalaman luar biasa, dan lain sebagainya.” Bahkan Arul menulis disana: “Tanganku gemetaran ketika salaman sama Charlie. Itu bule laki-laki kok tangannya halus sekali ya, pasti dia jarang nyuci baju dan piring di rumah, hahaha.”
Dari kegiatan ini, saya melihat anak-anak Khalid senang sekali tiada terperi. Ini adalah pengalaman pertama kali seumur hidup mereka berinteraksi dengan orang asing. Keberanian mental, kepercayaan diri, semangat belajar bahasa, pemahaman mereka tentang manusia dan dunia yang luas, serta semangat keingintahuan mereka akan bermula dari sini.
SRA Project
Project terbaru kami di kelas 5 adalah 'Silent Reader Action'. Maksudnya bukanlah menjadi pembaca misterius di forum-forum internet atau media sosial lainnya. Melainkan melakukan kegiatan membaca yang kami lakukan selama 20 menit setiap menjelang sholat Jum'at.
Anak-anak bebas memilih buku bacaan apa saja dari perpustakaan kelas kami (selain perpustakaan sekolah, kami juga punya puluhan koleksi buku dari kami sendiri yang di simpan di lemari, ini bagian dari project kelas 5 sebelumnya yakni : 'Take one book, leave one book').
Saya bebaskan anak-anak membaca apapun: buku pelajaran, majalah anak, kisah sahabat Rasul, komik Disney, buku pengetahuan dan ensiklopedia, bahkan ada yang membaca brosur museum-museum dari Kota Tua.
Ternyata anak-anak yang biasanya aktif bergerak, dapat berdiam diri ketika membaca selama itu. Mereka juga saya bebaskan mengambil posisi membaca dimana saja. Ada yang duduk di kursi, selonjoran, bahkan sambil santai tiduran di karpet. Setelahnya, saya tanyakan satu per satu tentang apa yang mereka baca. Dan ajaibnya mereka bisa menceritakan informasi apa yang mereka dapatkan dari membaca. Sungguh luar biasa.
Saya harapkan anak-anak Khalid mulai merasa senang dalam membaca. Ini bisa dimulai dari membaca apa saja yang mereka suka. Saya yakin, dalam setiap bacaan apapun terkandung ilmu dan pengetahuan yang berbeda. Tentu saja bukan dari bacaan-bacaan aneh dan nyeleneh. Hal ini juga saya alami sendiri ketika menjadi guru. Setiap malam biasanya saya membaca buku atau berselancar di internet, membuka situs, blog, dan media sosial lainnya. Membaca apa saja yang berkaitan tentang pendidikan, gaya mengajar, dan info-info baru tentang isu serta disiplin ilmu apa saja yang biasanya ‘tanpa saya sengaja’ selalu terkait dengan materi pelajaran yang sedang saya berikan kepada anak-anak di kelas.
Dengan mengasah gaya bercerita ditambah pengetahuan baru yang biasanya tidak ada di buku-buku pegangan siswa, saya harap anak-anak Khalid khususnya mendapatkan ‘nutrisi ilmu’ baru yang menarik, sehingga mereka semakin penasaran akan ilmu pengetahuan, makin semangat belajar dan kritis. Sungguh bila anak-anak ini tahu betapa nikmatnya membaca, anak-anak Khalid kelak akan jauh lebih maju dalam banyak hal, tak peduli akan memilih profesi dan hobi apa saja yang akan mereka geluti nanti.
Menjadi Guru Cilik
Ini adalah program mingguan intrakurikuler bahasa Inggris. Setiap hari Kamis selama satu jam sebelum pulang, anak-anak Khalid dibagi menjadi 6 kelompok kecil dan diminta mengajar adik-adik mereka di kelas 1 dan 2 (masing-masing terdiri dari 3 kelas). Program ini bermula sejak sebulan yang lalu. Cerita lengkapnya ada dalam note saya terdahulu yang berjudul: “Puluhan Guru Cilik di Sekolah Kami : How Learn to Learn Method”
Kekurangan guru bahasa Inggris di sekolah kami bukan menjadi suatu hambatan. Atas inspirasi yang saya dapatkan dari anak-anak Khalid sendiri, akhirnya saya melakukan uji coba project ini. Alhamdulillah sejauh ini berhasil. Anak-anak Khalid senang sekali ketika mengajari adik-adiknya Bahasa Inggris. Ada yang mengajar sambil bernyanyi, berkeliling lingkungan sekolah, sambil bermain ular naga dan permainan tradisional lainnya, sambil menggambar, tebak-tebakan, dan lainnya.
Siang kemaren, ada beberapa anak Khalid yang mengeluh kepada saya tentang bagaimana cara mengondisikan adik-adik mereka agar tetap tenang selama belajar bersama mereka. Saya berikan gambaran kepada anak-anak Khalid tentang cara dan trik mengajar ketika di kelas. Saya mengatakan: “Khusus mengajar kelas 1 dan 2, kalian haruslah lucu dan kreatif. Pastinya adik-adik akan senang kalau gaya mengajar kalian menarik. Kalian boleh ajak mereka seru-seruan sambil belajar, tebak-tebakan, cerita lucu, kasih games atau apa saja. Dan yang tak kalah penting adalah kesabaran. Kalian harus sabar ya.”
Selain anak-anak Khalid sendiri, para guru kelas 1 dan 2 serta adik-adik senang sekali ketika diajarkan oleh kakak kelas mereka sendiri. Mereka menyambut dengan sangat antusias. Anak-anak Khalid pun seolah menjadi selebriti sekolah. Mereka punya banyak fans dari kelas 1 dan 2. Ketika jam istirahat, mereka sering dibuntuti dan diajak bercanda oleh adik-adiknya. Sungguh ini sebuah pemandangan yang membuat saya bahagia.
Namun lebih pada itu, saya punya harapan lain dari project ini. Dengan mengajar, anak-anak Khalid akan lebih tahu bagaimana esensi dari proses belajar itu sendiri. Selain melatih kemampuan bahasa Inggris, daya kreatifitas, keberanian mental, kepercaan diri, dan kemampuan mencari solusi atas suatu masalah, mereka juga belajar bersosialisasi.
Proses belajar terbaik adalah ketika kita mengajar. Itulah satu kalimat yang senantiasa terpatri dalam diri saya selama ini. Dengan mengajar, anak-anak Khalid akan belajar berkali-kali lipat. Tidak hanya belajar satu mata pelajaran tertentu, tetapi belajar banyak sekali hal diluar itu.
*****
Demikianlah. Masih ada beberapa hal yang akan saya sampaikan seperti: project sahabat pena lintas pulau, project buku antologi karya mengarang anak kelas 5, dan lain sebagainya. Lain waktu akan saya ceritakan kepada kawan-kawan semua. Terimakasih. Salam sahabat kanak!
Fauzan Fadri
Jum'at 08 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar