Sabtu, 16 Agustus 2014

AKU TELAH BERHUTANG BESAR..!!!

AKU TELAH BERHUTANG BESAR..!!!

Empat tahun yang lalu, kapal kami merapat di pelabuhan Sikakap, Kepulauan Mentawai, setelah hampir empat belas jam terombang ambing gelombang. Di pinggir pelabuhan, ada seorang Ibu tua tanpa suami mengajakku ikut serta ke gubuknya. Ibu itu memintaku untuk memoto setiap sudut pekarangan dan gubuk yang hampir roboh itu. Berikut foto diri dan anak laki-laki kecilnya.

Ibu itu mungkin menganggap kami adalah anggota relawan atau wartawan internasional lainnya yang akan menyalurkan dana bantuan untuk memperbaiki gubuknya dengan bantuan link yang kami punyai, mempublishnya ke media

Namun sayang, kami hanyalah sekumpulan kecil 'mahasiswa nekat' yang akan melakukan kegiatan 'trauma healing' pasca gempa dan tsunami yang telah menimpa kepulauan indah itu beberapa minggu sebelumnya. Kenapa kami dibilang nekat, waktu itu Sumbar mendapatkan isu tsunami dan gelombang susulan, masyarakat yang tinggal di kota Padang dan pesisir pantai mengungsi kedaratan yang lebih tinggi, termasuk ke kampus kami Universitas Andalas yang berada di kawasan perbukitan. Keberanian kami timbul karena dukungan dan doa dari orang tua dan dosen, meskipun kami dilepas oleh sedikit linangan air mata.

Saat turun menjadi relawan, kami tak membawa uang tunai sama sekali. Yang kami bawa hanyalah sedikit beras, daging sapi dan kambing yang sudah kami masak menjadi irisan dendeng kering dan rendang (bantuan dana hewan kurban dari Muslim Inggris melalui lembaga IHSAN – International Humanitarian Social Aid Network), beberapa mainan anak, dan ukulele kesayanganku yang biasanya kugunakan sebagai alat musik bantu dalam mendongeng. Memang tujuan utama kami adalah untuk menghibur anak-anak korban.

Aku tak kuasa menjelaskan siapa sebenarnya kami, aku malah menuruti permintaan Ibu itu. Dan anaknya, terlihat suka sekali dengan ukulele yang ku bawa itu. Si anak kecil bahkan meminta ukulele tersebut, namun dengan halus aku menolaknya karena ukulele tersebut begitu berarti buatku, selalu menemaniku ketika sendiri, mengamen bersama kawan-kawan di kampus, atau berdongeng.

Salah satu kejadian kecil yang sampai kini pun tak pernah aku lupakan sama sekali: aku telah tak dapat memenuhi permintaan si Ibu tua dan anaknya, untuk memperbaiki gubuknya dan memberikan ukulele ku. Aku telah berhutang kepada mereka. Dan kini ukulele itu masih tergantung setia di dinding kamarku. Menjadi saksi bisu.

Sebuah peristiwa seolah 'perjalanan spiritual' yang terus membuatku terlecut untuk berusaha lebih mengabdikan diri kepada bangsa ini. Membaktikan jiwa raga kepada anak-anak negeri dan dunia pendidikan. Karena hanya dengan pendidikanlah, yang dapat mengangkat mereka dan kita semua dari jurang kemelaratan.

Ya, aku telah berhutang besar sekali kepada Si Ibu dan anak lelakinya, kepada bangsa ini. Hutang ini harus terbayarkan, hari ini dan nanti-nanti. Tanpa terasa sudah empat tahun berlalu. Kini aku menjadi guru di sebuah SDIT di kota Depok. Aku jauh-jauh merantau ke sini dengan sebuah alasan: belajar untuk menjadi guru sebenarnya dan mendalami dunia pendidikan.
Di sekolahku pun kini aku menjadi salah satu guru pendongeng rutin ketika ada acara-acara sekolah, pesantren ramadhan, dan kegiatan-kegiatan pengajian warga sekitar. Meskipun aku kini belumlah menjadi pendongeng profesional, namun aku yakin sekali, salah satu hobiku ini sudah menjadi candu bagiku. Betapa tidak, keriuhan kanak-kanak, gelak tawa riang dan canda mereka ketika menyaksikan dongeng adalah obat bagiku. Menjadi penyemangat dan pengingat janjiku empat tahun yang lalu.
Orang boleh menjadi apa saja, boleh memilih pekerjaan baik apa saja yang menyenangkan menurut mereka. Namun bagiku, menjadi guru yang pendongeng adalah sebuah jalan dan proses membahagiakan menuju impian terbesarku: memiliki sekolah gratis untuk anak-anak di salah satu pelosok Indonesia. Aamiin.. Kawan-kawan pembaca, mohon bantu doakan aku juga ya.. Salam damai. Salam sahabat kanak..

Fauzan F.    (21 Juli 2014)
(Guru bahasa Inggris di SDIT Darojaatul Uluum, Meruyung, Limo, Kota Depok)
(Mahasiswa Pasca Sarjana Pend. Bhs. Inggris, UNINDRA, Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar